Film Joker (2019) bukan sekadar kisah penjahat ikonik dari dunia DC, tapi juga potret menyakitkan tentang bagaimana dunia memperlakukan orang-orang yang tersisih. Di sutradarai oleh Todd Phillips dan di perankan dengan luar biasa oleh Joaquin Phoenix, Joker membawa penonton masuk ke dalam jiwa yang terguncang, mental yang hancur, dan tawa yang justru membuat ngeri. Jadi, simak di sini beberapa sinopsis film joker 2019 yang lengkap.
Simak Disini Sinopsis Film Joker 2019
Arthur Fleck hanyalah pria kesepian yang tinggal bersama ibunya di Gotham, kota yang penuh kekerasan, ketidakpedulian, dan kemiskinan. Ia bekerja sebagai badut panggilan, bermimpi menjadi komedian stand-up, tapi realita terus menamparnya dengan keras. Arthur menderita gangguan mental yang membuatnya tertawa di saat-saat yang tidak tepat sebuah kondisi yang menjadi simbol ironi hidupnya.
Kehidupan Arthur sangat suram. Ia terus-menerus menjadi korban kekerasan fisik, mental, dan sosial. Dunia seolah-olah menolak kehadirannya. Tak ada simpati, tak ada bantuan nyata, bahkan dari sistem kesehatan publik yang seharusnya menopangnya.
Baca Juga:
Sinopsis Film Shadow (2018), Chinese Movie Terbaik Yang Harus Kalian Tonton!
Transformasi Menjadi Joker
Semua berubah ketika Arthur kehilangan pekerjaannya, akses ke obat-obatannya di cabut, dan ia di permalukan di depan umum oleh idola masa kecilnya, Murray Franklin (di perankan oleh Robert De Niro), seorang pembawa acara televisi terkenal. Di sinilah titik balik terjadi. Arthur yang awalnya rapuh, mulai melepaskan semua batas moral yang selama ini ia pegang.
Perlahan-lahan, Arthur bukan lagi Arthur. Ia berevolusi menjadi Joker seseorang yang merangkul kekacauan dan tawa gila sebagai bentuk pemberontakan terhadap dunia yang terus menyakitinya. Penonton pun di paksa menyaksikan perubahan itu, bukan dari luar, tapi dari dalam: emosi, logika, dan kepedihan yang bercampur jadi satu.
Kritik Sosial yang Menampar
Film Joker bukan cuma tentang karakter villain. Lebih dari itu, film ini menyuguhkan kritik sosial yang sangat relevan, bahkan mengganggu. Gotham di gambarkan sebagai kota yang sangat mirip dengan dunia nyata di mana kesenjangan sosial lebar, empati langka, dan kesehatan mental tidak di anggap serius.
Tidak heran jika banyak yang merasa tidak nyaman menonton Joker. Film ini menampilkan kenyataan pahit tentang bagaimana orang-orang seperti Arthur tidak hanya di abaikan, tapi juga di jadikan bahan olok-olokan. Sistem gagal mendukungnya, dan masyarakat justru memperparah kejatuhannya.
Akting Joaquin Phoenix yang Brilian
Salah satu alasan kuat kenapa Joker begitu mengguncang adalah performa Joaquin Phoenix. Ia berhasil menghidupkan Arthur Fleck dengan nuansa emosi yang kompleks: sedih, marah, bingung, dan pada akhirnya… merdeka dalam kegilaan.
Tubuhnya yang kurus kering, ekspresi wajahnya yang kacau, serta tawa yang menyakitkan itu bukan hanya akting itu seni. Phoenix tak hanya bermain sebagai Joker, ia menjadi Joker. Tak heran jika ia akhirnya memenangkan Oscar untuk Aktor Terbaik atas perannya ini.
Visual Gelap dan Musik yang Menghantui
Secara visual, Joker di buat dengan tone warna yang kelam dan penuh bayangan seakan-akan Gotham bukan hanya tempat yang kotor, tapi juga batiniah. Setiap sudut kota di penuhi aura ketegangan dan rasa dingin yang mengintai.
Musik scoring dari Hildur Guðnadóttir juga memberikan sentuhan yang dalam. Dentingan cello yang pelan tapi menusuk membuat suasana film semakin menyesakkan. Ini bukan film yang membuatmu nyaman. Tapi justru di situlah kekuatannya.
Bukan Film Superhero Biasa
Jika kamu berharap Joker adalah film ala DC yang penuh aksi, ledakan, atau pertarungan ala Batman, kamu akan kecewa. Joker lebih mirip film psikologis yang mendalam dan intens. Ia memaksa penonton untuk tidak hanya menyaksikan kisahnya, tapi juga merasa bersalah. Apakah kita bagian dari masyarakat yang ikut membentuk Joker?
Film ini tidak memberikan jawaban pasti. Bahkan, bagian akhir cerita di biarkan ambigu membuat kita bertanya-tanya apakah semua yang terjadi itu nyata atau hanya ilusi dalam benak Arthur.